Wednesday, June 2, 2010

Jujur atau Palsukah Senyum Anda?

Hati-hati saat memutuskan untuk tersenyum, salah-salah tersenyum malah akan berbuah tak baik untuk kesehatan Anda. Karena senyum adalah kekuatan sihir yang mengubah hidup Anda.

Jujur atau palsukah senyum anda?Sobat senyum, ternyata senyuman itu ada berbagai jenis. Pada tulisan ini kami akan menyajikan bahasan mengenai dua jenis senyuman, yaitu senyum jujur dan senyum palsu. Kami sarikan dari sebuah buku yang berjudul The Magic Smile Senyum karangan ‘Athif Abul ‘Id. Selamat menikmati…

Senyum yang Jujur

Senyum yang jujur, sejati, dan putih dianggap sebagai piranti valid yang mengekspresikan kesenangan yang spontan, kegembiraan, dan kejujuran perasaan. Senyum termasuk salah satu keharusan dalam interaksi antar manusia, dalam usaha membentuk kejujuran yang sukses, dalam membangun keterusterangan keluarga, dan dalam seluruh hubungan antar manusia, antara saudara dengan saudaranya, antara teman dengan temannya, dan antara pemimpin dengan rakyatnya.

Semua itu muncul dari simbol yang dikandung oleh senyuman, yakni cinta dan kasih sayang kepada seseorang yang dikirimkan kepadanya. Senyuman itu menyerupai surat cinta seseorang yang dikirimkan kepada orang yang dicintainya.

Senyum yang jujur adalah surga yang jernih, semerbak harum kehidupan, motivasi kedamaian yang dikirimkan kepada ruhani, serta pengobat luka hati. Harga sebuah senyuman yang jujur lebih mahal daripada harga emas dan intan permata.

Tiada kehidupan tanpa senyuman. Satu senyuman telah cukup untuk memperindah hati dengan perhiasan ikhlas. Satu senyuman yang jujur sudah memadai untuk menjadikan hati mampu membumbung tinggi menuju alam yang aman. Satu senyuman yang jujur sudah cukup untuk menjadikan kehidupan menjadi damai.

Di dalam satu senyuman jujur, urat dan keindahan wajah yang pokok akan mengangkat kedua sudut mulut, sementara pipi akan mengangkat urat lainnya dan menarik kulit di sekitar bagian lekuk mata, seukuran dengan kekuatan perasaannya. Senyuman ini biasanya berlangsung singkat dan kejujurannya langsung terasa oleh siapa pun yang mendapatkannya, kemudian meninggalkan kesan yang indah pada dirinya.

Beragam komentar tentang senyum yang jujur

“Senyum yang jujur adalah pelipur lara bagi hati, ketika dia terluka.”

“Senyum yang jujur adalah ‘jimat’ yang mampu menghancurkan batu di saat sulit.”

“Senyum yang jujur adalah kembalinya harapan di antara hati yang remuk redam akibat perdebatan.”

“Senyum yang jujur adalah kalung penyambung antara hati dan bibir.”

“Senyum yang jujur adalah bahasa yang jelas dan indah, tidak perlu diterjemahkan lagi.”

“Senyum yang jujur adalah simbol pemberian, landasan bagi orang-orang yang mencintai kebaikan yang berlimpah, dan karakter orang-orang mulia.”

“Senyum yang jujur adalah jaring hati.”

“Senyum yang jujur adalah yang dimaksud Nabi Muhammad SAW dengan sabda beliau, ‘Tersenyumnya kamu di hadapan saudaramu itu bernilai sedekah untuk dirimu.’”

“Senyum yang jujur adalah senyum yang menenangkan anak muda dan membangkitkan kehangatan di hati orang tua.”

“Senyum yang jujur adalah senyum yang mendekatkan orang yang jauh dan menenangkan orang takut yang meminta perlindungan.”

Senyuman Palsu dan Pucat

Senyuman palsu adalah senyuman yang terjadi ketika seseorang memaksa dirinya untuk bermanis muka atau terpaksa melakukannya untuk menyelamatkan diri dari kondisi yang tidak menyenangkan. Senyum ini tidak menunjukkan kasih sayang dan cinta.

Saat senyuman palsu dilakukan, kedua bibir pelakunya menjadi satu dan dua sudut mulutnya berdekatan dan lurus, tanpa mengakibatkan kesan sedikit pun pada kedua mata. Rentang waktu senyuman ini lebih lama daripada senyum yang jujur. Namun, orang yang mendapatkan senyuman ini takkan tertipu dan dia pasti dapat mengungkapkan kepalsuan senyum itu.

Senyuman Pucat Menyebabkan Kesedihan

Penelitian terbaru menegaskan bahwa orang-orang yang mendapati dirinya terpaksa untuk menampakkan senyum pada wajah mereka sepanjang waktu, terutama di tempat kerja, lebih rentan mengalami kesedihan dibandingkan orang lain.

Pakar psikologi di Universitas Frankurt menegaskan bahwa orang-orang yang rentan dan sangat berpotensi untuk tertimpa penyakit psikis adalah mereka yang bekerja di tempat pelayanan publik seperti resepsionis, pramugari, pelayan toko, dan pegawai di pusat-pusat komunikasi. Mengapa? Karena mereka terpaksa berpura-pura dengan menunjukkan bahwa diri mereka adalah orang yang ramah dan menyenangkan saat melayani pelanggan.

Nah, sobat Senyum yang berbahagia, sekarang kita sudah tahu perbedaan dan ciri antara senyum jujur dan senyum palsu. Anda tinggal pilih. Termasuk yang manakah senyum Anda? Senyuman jujur yang menggugah jiwa ataukah senyuman palsu yang tidak sehat? Semuanya tergantung pilihan Anda. Selamat tersenyum…

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Catatan Pay Powered by Blogger